Rabu, 17 Juni 2015

PUASA DALAM KAJIAN FILOSOFI

         


          Bismillahirrohmaanirrohiim

         Puasa yang dalam bahasa Arabnya shoum artinya IMSAAK atau menahan.Sedangkan puasa menurut ahli fikih artinya menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan mulai terbit fajar hingga terbenamnya mata hari.Namun kali ini kami tidak mau membahas panjang lebar masalah puasa dari segi fikih,tetapi kami lebih tertarik untuk membahas puasa dari segi filosofi.Sebagaimana telah kami sebutkan tadi behwa puasa menurut lughot atau bahasa artinya imsak atau menahan,memang pada mulanya kita dilatih untuk menahan diri dari makan ,minum,hubungan sex husus pada siang hari.Tetapi tentunya akan lebih afdlol apa bila pusa dipraktekkan dalam skup kehidupan yang lebih luas.
       
          Kita semua tahu bahwa didalam salah satu ayat Alquran disebutkan bahwa manusia dihiasi dengan kecintaan terhadap wanita,anak,harta benda yang banyak,kendaraan yang mewah dll,tapi bukan berarti sifat dasar manusia tersebut harus dituruti sehingga selama hidupnya digunakan untuk mengejar kesenangan-kesenangan duniawi tersebut,sebab hal tersebut bisa menjerumuskan nya kejurang kehinaan,untuk itulah dalam kurun waktu setahun Alloh mengingatkan kita untuk berpuasa yang tidak lain menyadarkan kita untuk tidak terjerumus dalam jurang kesesatan karna terlalu sibuk mengejar kesenangan duniawi.

          Dalam ibadah puasa setidaknya mengandung dua macam hikmah.
Pertama.Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri.Alangkah tentramnya kehidupan ini bila semua pihak bisa menahan diri.Seorang koruptor ia melakukan korusi karna tidak mampu menahan diri dari godaan uang yang melimpah yang bisa dicapai dengan mudah.Seorang pencuri kelas teri juga tidak mungkin melakukan perbuatannya yang merugikan orang lain jika iya mampu menahan diri dan bersabar atas kemiskinannya.Demikian juga pelaku - pelaku kriminal yang lain,mereka terjerumus dalam perbuatan tercela karna tidak bisa menahan diri.
          Kedua.Puasa melatih kita untuk peduli pada sesama sehingga kita "dipaksa" merasakan bagaimana sakitnya  menahan lapar,sehingga kita peduli pada saudara-saudara kita yang kekurangan makana bahkan mungkin kelaparan.Sehingga kita dikemudian hari lebih peduli terhadap sesama yang kurang beruntung.
          Namun demikian apbila kita teliti lebih dalam dua hal tersebut masih jauh dari harapan karna kita disibukkan dengan ritual-ritual tahunan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan ibadah puasa tetapi bisa jadi mengaburkan maksud daripada puasa,sepert semakin ramainya pasar dan mall di akhir-akhir bulan puasa,begitu juga terminal dan stasiaun yang semakin berjubel,dan yang paling memprihaatinkan adalah naiknya harga - harga dipasaran.bukan kah bulan puasa seharusnya memperbanyak sedekah,tapi kenapa para pedagang malah menggunakan kesempatan bulan puasa untuk mengeruk untung sebanyak - banyaknya..?


                Wallohu A'lam........

         

Tidak ada komentar: